Bagi umat muslim khususnya di tanah air kita tercinta Indonesia, merupakan bulan keberkahan. Ya, keberkahan bagi pedagang pakaian, pedagang kue baik untuk buka puasa ataupun lebaran, orang2 miskin karena akan mendapat banyak makanan dari zakat, PNS atau karyawan swasta karena akan menerima banyak tunjangan-tunjangan ( Ga sakit apa di tunjang-tunjang..?? Hahah) dan sebagainya. Betulkah itu merupakan keberkahan???? MAri kita kaji dari segi ekonomi. Haha, macam pakar ekonomi aja bah... Padahal niat nulis kek gini karena Pak Dosen mata kuliah teori portofolio sudah begitu mantap membuka cara berpikirku tentang kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Khususnya Muslim, dan pada bulan Ramadhan. Weew... "Sebenarnya saya heran dengan cara hidup orang muslim pada Bulan Ramadhan, " pak dosen memulai ceramahnya pada siang hari yang buta ini ( Ga Salah???), Bukannya di bulan Ramadhan kita sebagai muslim dituntut untuk menahan nafsu?? Kan bukan nafsu makan saja toh.... Masa nafsu makan bisa ditahan pada siang hari saja. Malam ketika waktu berbuka tiba, konsumsi bukannya berkurang atau minimal tetap, malah bertambah sampai kadang 3 kali lipat. Yang pada bulan selain Ramadhan biasa makan telor 1 butir setiap hari, Eh pada bulan puasa meningkat jadi 3 butir sehari?? Kan mengherankan?? Yang anehnya lagi, tu sudah menjadi suatu budaya yang tidak bisa diubah walaupun 7 turunan sudah habis. Ini salah satu penyebab inflasi di Indonesia," Ucapnya dengan logat jawa yang sangat kental ( Padahal Asli Stabat lho.. hohoho, maaf ya Pak Dosen, becanda....^_^). " Sebenarnya logika ekonomi ni sederhana, sederhana banget. Begini,. Ehm ehm... (???)... Pada bulan Ramadhan, secara ajaib harga2 di pasaran akan naik. Betul???? (mirip ustad solMed ni... kwkwkw).. dan kami pun pada mahasiswa sang pencari nilai... Eh, Ilmu... ( Ketara banget sih.) dengan muka mirip anak TK lagi belajar 1 tambah 1 pake lidi.... dengan semangat 45 bagai tukang parkir yang tidak akan membiarkan kendaraan yang parkir di daerah kekuasaannya nyelonong begitu aja, kami serentak menjawab dengan nada dari kunci A, " Betuuuuull...." Nah, walaupun harga naik, permintaan masyarakat tetap naikkan?? Beli baju baru la, bahan untuk kue, sepatu baru, mungkin juga istri baru.. ( haha, yang terakhir ide dari penulis tu. ) Dengan keadaan yang seperti itu, uang otomatis akan banyak beredar di masyarakat. Masyarakat cenderung mengambil semua tabungan yang di Bank, celengan di rumah, atau bahkan celengan tetangga, celengan sepupu yang masih SD, atau uang simpanan mamak2 jual cabe dalam plastik kresek yang tempat penyimpanannya sangat rahasia, bahkan hacker pun tidak bisa menjebol... ( Ntah apa2 la Penulis ni... kwkwkw) "Ya, karena nafsu untuk berbelanja yang tidak dapat dikendalikan, menyebabkan kecenderungan masyarakat untuk saving di bank kurang, karena apa yang mau di saving, wong uangnya dah habis untuk beli yang baru2. sedikitnya uang yang beredar di bank sehingga bank harus meningkatkan suku bunga untuk menarik minat masyarakat untuk saving. Kadang sampai 7 % lho sodara2 Bank menaikkan suku bunga. Nah, hal ini akan dimanfaatkan orang luar untuk menyimpan uang di Bank Indonesia dengan harapan mendapat kleuntungan dari suku bunga yang 7 % tadi. 7 % tu Gede lho. Akhirnya Bank Indonesia yang cengap2 untuk bayar bunga tadi. Kalo ke MAsyarakat sendiri sih tak apa2, lah ini untuk orang luar, kok rasanya kita jadi kek orang bego banget ya... Ops, belum selesai nih, To be continued dulu, soalnya lagi capek nih. Ok guys, sabar lah menungguku ya... hahaha